KECEWA
Kecewa datang tanpa mengetuk pintu, masuk dan duduk di ruang tamu. Ia tak bicara apa-apa, hanya menatap dengan mata kosong. Ia tidak marah, hanya enggan menjelaskan apa yang patah. Seperti gelas yang jatuh pelan-pelan, tapi cukup untuk tak bisa digunakan. Kadang kecewa cuma ingin didengar, bukan disuruh pergi. Tapi siapa yang mau tinggal bersama perasaan yang tak selesai? Ia pun akhirnya pergi sendiri, meninggalkan jejak di bantal dan tatapan kosong di cermin yang tak tahu harus menatap siapa.