Dirgahayu
Sedikit mau cerita,,
Pas acara 17an kemarin kelas kami ikut lomba memasak, brandnya "chef nusantara" , dan kelas kami ambil tema summer ala piknik gitu.
Pagi itu Konsepnya, 6 staf ahli masak dari kelas kami dikerahkan khusus untuk membuat menu penilaian, dengan beberapa hidangan menarik; ayam pedas, capcay, telur puyuh, sosis rol, dissert dan minuman. Karena ini tentang makanan, diakhir cerita pastilah semua orang harus makan, maka dari itu, sisa anggota yang lain, beramai- ramai memasak makanan untuk dimakan bersama dengan menu; nasi kost, tempe penyet,telur ceplok, dan sisa sayur dari menu utama.
Dari mana dananya? Ya iuran lah.. 15k per anak. Tanpa memandang dompetpun ternyata berjalan mulus, walaupun hal ini membuat sebagian kami justru tidak merdeka alias terbelit hutang. Acara yang tak terlalu asyik dan tak juga meriah itu berjalan tak menimbulkan grundelan sama sekali. Selama proses perlombaan semua berjalan sesuai job masing- masing; bagian menu utama, bagian goreng- goreng, ulek sambel, camilan, es, tukang kipas- kipas, tw (tukang wira- wiri), dll baik baik saja. Setelah memakan beberapa waktu, memasak yang diselingi dengan berbagai guyonan- guyonan receh,adu pantun,debat gak jelas, bahkan pertengkaran- pertangkaran kecil yang asyik, makananpun akhirnya jadi juga. Singkat cerita semua makanan yang disajikan untuk penilaian yang telah dihias sedemikian rupa sudah siap. Dan gak ada yang tau gimana lezatnya, kok mau nyicip, nyentuh aja udah diancam kayak narapidana. Setelah dihidangkan dan disusun rapi dimeja penilaian, dicicipi oleh juri, waktu itu, cuma beberapa aja yang jagain makanannya, sisanya masih ngelanjutin masak- masak buat akhiran. Dan ternyata setelah dicicipi, makanan itu masuk kedalam mulut dan bersentuhan dengan lidah juri, dikomentarin...
" kelas 3b apa pada pengen nikah?"
What?? Nggak salah denger nih telinga?? Apa kemasukan merica ya??komentarnya gak baca bismillah dulu, Kok kalimatnya gak disangka- sangka gitu... Dan 1 kalimat itu bagaikan bom atom yang pernah menghancurkan kota hiroshima dan nagasaki . Siapa sangaka makanan yang seharusnya dibuat dengan selezat mungkin justru sangat ASIIIIIIIINN sekali bahkan dissertnya sedikit gosong. Sebagian Kami yang tak tau apa- apa shock dong, kok bisa?? Bukankah itu yang memasak chef se rantingannya chef juna??? Dan herannya hanya sosis roll dan esnya saja yang selamat ( aku bagian sosis dan es, huhuhuu ) . Dan yang bikin heranlagi , makanan yang dibuat oleh sisah sisa orang yang mempunyai kemampuan rata- rata, yang hanya untuk disantap bersama, justru sangat nikmat.
Entah ada apa gerangan kok konsepnya jadi terbalik. Apakah ini memang teori kemerdekaan? Karena anggap saja dikala itu juri adalah penjajah yang mengekang. Jadi, berinisiatif untuk mengelabuhi mereka. Tapi entahlah saya tidak tau, karena itu bukan job saya.
Alhasil kelas kami kalah donk, siapa juga yang mau menangin kalo masakannya asin, tapi bagi kami, kalah bukanlah masalah.
Pointnya: suasana hati dalam sebuah proses itu berpengaruh, antara yang terkekang dengan yang sesuka hati.
Intinya kami bisa masak- masak dengan bahagia dan menikmati hasil akhir dengan penuh suka cita. Tak peduli ada apa dengan juri. Yang penting kita bisa makan dan kenyang, juga berani melawan arus perlombaan dan bahagia. Wkwkwk karena bagi kami justru itulah kemerdekaan yang sesungguhnya. Toh yang penting kami sudah berpartisipasi dalam memeriahkan kemerdekaan ini, termasuh hubbul Wathon minal iman.
Sekian.
Komentar
Posting Komentar