Teruntukku

 

Selamat, wahai aku

yang tetap bertahan meski sering ingin menyerah,
yang pura-pura kuat meski sebenarnya
hanya ingin dipeluk diam-diam oleh waktu.

Terima kasih sudah tumbuh,
meski tak selalu utuh.
Sudah berjalan jauh,
meski kadang tanpa arah yang pasti.
Sudah belajar tersenyum,
meski dunia tak selalu lucu.

Tak perlu pesta, tak perlu kue,
cukup secangkir doa dan secuil jeda—
untuk mengingat:
bahwa menjadi diriku sendiri
adalah hadiah paling sunyi,
dan paling berarti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUJAN DESEMBER

KALENG MERAH

Percakapan yang Tertunda