RAHVAYANA

Rahwana bukan lagi raja angkara murka yang haus perang dan kekuasaan. 

Ia menjadi laki-laki patah hati paling puitis dalam jagat sastra,

lelaki yang mencintai dengan kadar yang melebihi nalar, namun ditakdirkan untuk tidak dimiliki.

Rahwana adalah pemberontak yang melankolis

Ia mencintai Shinta, bukan sebagai objek hasrat, tapi sebagai roh yang ia sembah dengan laku sufi.

 Cintanya pada Shinta adalah doa yang tak pernah selesai dilafalkan, 

bahkan saat ia tahu Shinta telah memilih Rama. 

Rahwana tidak mengutuk cinta itu—ia justru menghargainya sebagai luka yang paling jujur.

Ia adalah raja yang magis sekaligus manusiawi, penuh paradoks:
Berani melawan dewa, tapi takluk pada rindu.

Punya sepuluh kepala, namun hanya satu hati

—dan itu telah ia serahkan pada Shinta tanpa syarat.

Rahwana menjadi simbol dari cinta yang tidak egois

Ia tidak menculik Shinta untuk memilikinya, 

tapi untuk menjaganya dari sistem yang mengatur cinta sebagai urusan kasta dan kuasa

Ia tahu Shinta bukan miliknya, tapi tetap ia bela dengan seluruh jiwanya.

Rahwana adalah puisi yang berjalan di antara perang,

nyanyian lirih dalam kisah heroik,

air mata laki-laki yang disimpan di dasar jiwa,

agar dunia tak tahu, bahwa seorang raja raksasa pun bisa hancur hanya karena cinta.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUJAN DESEMBER

KALENG MERAH

Percakapan yang Tertunda