malam kamis

Malam ini hujan deras, dan aku berfikir atasnya.
Sambil merekam setiap detik kejadiannya. Membasahi kubah, atap mushola, genting asrama dan jalanan paving yang tak tertutup esbes. Dari seng yang tertancap di tepi atas jendela, mengalir butiran air yang menimbulkan irama karena membentur keramik yang mulai melumut karena tak ikut tertutup payung - payung.
Sayup terdengar, mereka yang masih terjaga entah melakukan apa. Yang sedang berbincang, atau sekedar mencoba mengulas ilmu atau bunyi krusak - krusuk mereka yang sedang terjaga karena menjaga agar tak ada yang tau tentang aktifitas mereka. Mungkin mereka tak menyadarinya, hanya aku, yang sedang merenung. Mencoba memikirkan dan ikut hanyut dalam aktivitas malam ini.


Hujan

Kau jatuh, bukan hanya sekedar isyarat dari sendu, pilu, rindu, tapi juga adegan dari sebuah kebahagiaan. Rasa syukur dari awan yang telah menampung banyak kadar air, yang secara naluriah, biasanya air mengalir kebawah. Namun kini, sampai juga dia pada awan- awan dilangit, dengan itulah semesta mengajarkan kita untuk berbagi, langit menunjukkan kedermawaannya. Kepada daun- daun yang mengering dan tertutup debu jalanan, kepada kubah yang selalu terpapar sang surya, kepada atap- atap yang lapuk dan mengerak akibat cuaca dan polusi, kepada katak yang telah bernyanyi hujan, kepada lubang jalanan untuk sekedar anak- anak bermain, juga kepada wadah bekas yang berserakan  untuk sekedar menampun ribuan tetes air untuk burung yang hinggap kehausan, juga pada ayam yang sedang bertahan hidup. Tak di elak lagi, semesta mengajarkan banyak cara untuk memaknai kehidupan.
Kini aku tiba teringat pada peristiwa tadi di sekolah, aku berlomba menyusun puzzle foto pahlawan dan yang membawa ingatanku pada kejadian tempo hari, ketika  seorang pahlawan sedang membacakan sebuah narasi didepan banyak anak, lebih tepatnya seorang bapak yang sedang bercerita didepan anak- anaknya. Entah mengapa aku tiba- tiba menghangat ketika mengingatnya. Mengingat setiap detik peristiwa yang kini membuatku tak lagi merasakan hawa dingin sapaan dari hujan. Malam ini, aku tak lagi membutuhkan apapun, cukup berdamai dengan diri sendiri. Cukup Menghirup oksigen, memasok paru- paru dengan udara secukupnya, dan membuang sisanya. Sambil menatap rintik jatuh yang tersorot sinar lampu di tepi kubah, Indah sekali. Dan semuanya akan ku akhiri sampai disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUJAN DESEMBER

KALENG MERAH

Percakapan yang Tertunda